Sabtu, 12 April 2014

Pasar Kliwon, Tanah Abangnya Jawa Tengah

Bupati Kudus|Musthofa Wardoyo - Pasar Kliwon, Tanah Abangnya Jawa Tengah

Pasar Kliwon ibarat Tanah Abangnya Jawa Tengah


Kudus, Bupati Kudus Musthofa Wardoyo – Setelah terkena musibah pada tanggal 20 September 2011, kini pasar Kliwon Kudus telah berubah. Dari penataan infrastruktur hingga geliat perekonomian terus membaik. Hal ini bisa dilihat dari omzet per hari sekarang mampu menembus angka yang fantastis, Rp. 12 miliar!

Dilengkapi dengan tangga berjalan (eskalator, red), membuat kesan Kliwon sebagai pasar tradisional yang kumuh dan kotor pun sirna. Pasar terbesar se-pantura timur ini menjadi pusat belanja masyarakat yang mencakup area eks-karesidenan Pati dan sebagian besar wilayah Jawa Tengah.
Bupati Kudus H Musthofa yang hadir pada acara Kliwon Fashion festival, Minggu (23/2) mengatakan bahwa Kliwon merupakan kata kunci pusat perekonomian di Kudus. Pasar Kliwon kini telah tertata rapi, baik, bersih, dan menarik. Sehingga nyaman sebagai tempat belanja atau hanya sekadar jalan-jalan.
”Bukan hanya sebagai tempat pusat aktivitas perekonomian, Pasar Kliwon kini juga sebagai tempat berwisata,” ujar H.Musthofa, Bupati Kudus.
Selain ingin menghilangkan Kliwon sebagai pasar tradisional yang kotor, acara fashion festival ini juga ingin membuat pasar Kliwon setara dengan pasar modern. Gairah perekonomian pun ingin ditumbuhkan, sehingga lebih dikenal bukan hanya di pantura timur, namun ke seluruh Indonesia. Kegiatan ini menampilkan semua fashion yang dipasarkan di pasar Kliwon yang akan berimbas memacu potensi masyarakat untuk lebih kreatif.
”Di pasar Kliwon ini, semuanya ada. Dengan omzet yang besar, sehingga bisa saya katakan bahwa Pasar Kliwon merupakan tanah abangnya Jawa Tengah,” tambahnya.
Bupati juga menyampaikan bahwa keberhasilan bangkitnya kembali perekonomian di Pasar Kliwon tak lepas dari peran semua pihak. Mulai dari pemerintah daerah melalui dinas terkait hingga pengusaha dan pedagang serta masyarakat. Karena musibah yang pernah terjadi jangan dimaknai sebagai bencana. Namun, sebagai hikmah untuk bangkit dan menata kembali perekonomian di Kudus.
Sebagai penutup, Bupati berpesan kepada para pedagang untuk memosisikan customer sebagai raja. Sehingga harus dilayani dengan sepenuh hati dan senyum keramahan. Karena keramahan dan kesantunan menjadi kunci untuk keberhasilan dalam berusaha/bisnis. Yang pada akhirnya, kesejahteraan akan mampu terwujud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar